penelitian tindakan kelas. BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA MATERI KOPERASI MATA PELAJARAN IPS KELAS IV DI MADRASAH IBTIDAIYAH AL-KANAWIAH. KEC. CIKULUR KAB. LEBAK.”
BAB II
KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR,
DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kerangka
Teori
1.
Belajar dan
Hasil Belajar Siswa
Belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan.[1] Sesuai
dengan pendapat bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[2]
Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa belajar pada intinya adalah proses
internalisasi dalam diri individu yang belajar dapat dikenali produk belajarnya
yaitu berupa perubahan, baik penguasaan materi, tingkah laku, maupun
keterampilan.[3]
William
Burton mengemukakan bahwa ”A good
learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences
unified around a vigorous purpose and carried on in interaction with a rich,
varied and propocative environment” Yang berarti bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku indivdu melalui interaksi dengan lingkungan. Di dalam
interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman – pengalaman belajar.
Menurut
Winkel belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dalam lingkungan,yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengelolaan pemahaman. Menurut Ernest R. Hilgard. belajar merupakan proses
perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya
berbeda dariperubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif
permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada
perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit,
mabuk, dan sebagainya[4]
Belajar merupakan
sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang
keadaaannya berbeda sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah
melakukan tindakan yang serupa itu.[5]
Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan
perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Mendefinisikan
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.[6]
Empat prinsip belajar yaitu :
a.
Belajar senantiasa harus bertujuan,
terarah, dan jelas bagi siswa, karena tujuan akan menuntut dalam belajar,
b.
Jenis belajar yang paling utama
adalah untuk berpikir kritis,
c.
Belajar memerlukan pemahaman atas
hal – hal yang dipelajari sehingga memperoleh pengertian – pengertian,
d.
Belajar harus disertai keinginan dan
kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan dan hasil.[7]
Dari prinsip
– prinsip tersebut memberikan penjelasan dalam memaknai belajar dan dapat
mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan dalam mendukung proses
pembelajaran, sehingga pengertian dan pemaha man mengenai makna belajar menjadi
lebih jelas dan terarah.
Dari
pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam belajar ada suatu
perubahan tingkah laku dalam diri seseorang berupa pengetahuan, pemahaman,
maupun sikap yang diperoleh melalui proses belajar.Perubahan tingkah laku yang
diperoleh merupakan hasil interaksi dengan lingkungan. Interaksi tersebut salah
satunya adalah proses pembelajaran yang diperoleh di sekolah. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa dengan belajar seseorang dapat memperoleh sesuatu yang
baru baik itu pengetahuan, keterampilan maupun sikap.
2.
Hasil
Belajar
Hakikat hasil belajar adalah perubahan tingkah laku
individu yang mencakup aspek kognitif,afektif, dan psikomotorik.[8]
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor
dari dalam diri siswaitu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau
faktor lingkungan.[9]
Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor
kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai.
Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti
motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan,
sosial ekonomi, factor fisik dan psikis.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendiikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan hasil
belajar dari Bloom yang secara garis besar membaginya dalam tiga ranah yaitu
ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.[10]
a.
Ranah
kognitif
Ranah kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi
dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kawasan kognisi meliputi
kegiatan sejak dari penerimaan stimulus, penyimpanan dan pengolahan dalam otak
menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk
menyelesaikan masalah. Menurut Bloom secara hirarki tingkat hasil belajar
kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang
paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Enam tingkatan itu adalah:
pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5)
dan evaluasi (C6).
1)
Pengetahuan
(knowledge)
yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali
tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus- rumus dan lain sebagainya, tanpa
mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
2)
Pemahaman (comprehension)
yakni kemampuan seseorang untuk
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat melalui penjelasan
dari kata- katanya sendiri.
3)
Penerapan (application)
yaitu kesanggupan seseorang untuk
menggunakan ide- ide umum, tata cara atau metode- metode, prinsip- prinsip,
rumus-rumus, teori- teori, dan lain sebagainya dalam situasi yang baru dan
kongkret.
4)
Analisis (analysis)
yakni kemampuan seseorang untuk
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian- bagian yang lebih kecil
dan mampu memahami hubungan diantara bagian- bagian tersebut.
5)
Sintesis (synthesis)
Adalah kemampuan berfikir memadukan
bagian- bagian atau unsur- unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang
baru dan terstruktur.
6)
Evaluasi (evaluation)
yang merupakan jenjang berfikir
paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penelitian disini
adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi,
nilai atau ide, atas beberapa pilihan kemudian menentukan pilihan nilai atau
ide yang tepat sesuai kriteria yang ada.
b.
Ranah
Afektif
lima tingkat
dalam ranah afektif, yaitu penerimaan (merespon rangsangan), partisipasi,
penilaian (menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan), organisasi
(menghubungkan nilai – nilai yang dipelajari), dan internalisasi (menjadikan
nilai – nilai sebagai pedoman hidup).[11]
Hasil belajar disusun secara hirarkis mulai dari tingkat yang paling rendah
hingga yang paling tinggi. Jadi ranah afektif adalah yang berhubungan dengan
nilai – nilai yang kemudian dihubungkan dengan sikap dan perilaku.
c.
Ranah
Psikomotorik
Beberapa
ahli mengklasifikasikan dan menyusun hirarki dari hasi belajar psikomotorik.
Hasil belajar disusun berdasarkan urutan mulai dari yang paling rendah dan
sederhana sampai yang paling tinggi hanya dapat dicapai apabila siswa telah
menguasai hasil belajar yang lebih rendah. Enam Hasil belajar psikomotorik
yaitu, persepsi (membedakan gejala), kesiapan (menempatkan diri untuk memulai
suatu gerakan), gerakan terbimbing (meniru model yang dicontohkan), gerakan
terbiasa (melakukan gerakan tanpa model hingga mencpai kebiasaan), gerakan
kompleks (melakukan serang serangkaian gerakan secara berurutan), dan
kreativitas (menciptakan gerakan dan kombinasi gerakan baru yang orisinil atau
asli).[12]
Ketiga ranah
di atas menjadi obyek penilaian hasil belajar. Kemudian dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah peubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses
belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Manusia memiliki
potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang
meliputi aspek kognitif, afektif,dan psikomotorik
Berdasarkan
uraian diatas hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku individu yang
mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar
juga merupakan suatu perubahan tingkah lakudari belum bisa menjadi bisa dan
dari yang belum tahu menjadi tahu. Hasil belajar pada penelitian
inimenitikberatkan pada hasil belajar yang berupa kognitif. Hasil belajar
kognitif dapat diukur melalui tes dan dapat dilihat dari nilai yang diperoleh.
Dalam
penelitian ini hasil belajar dikhususkan pada tingkat pengetahuan (C1) sampai
tingkat analisis (C4). Hasil belajar kognitif berkaitan dengan penguasaan
materi yang telah diajarkan oleh guru selama proses pembelajaran yang diukur
melaluites hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Snowball Throwing. Dalam penelitian ini, hasil belajar IPS yang dimaksud adalah
nilai yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Nilai
tersebut berupa angka yang menyangkut ranah kognitif C1 sampai C4.
3.
Faktor Yang
Mempengaruhi Hasil Belajar
Berhasil
atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa factor yang
mempengaruhi pencapaian hasil belajar. yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Factor internal meliputi kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan
motivasi, dan cara belajar. Sedangkan factor eksternal meliputi keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.[13]
a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam
diri, meliputi :
1.
Kesehatan
Kesehatan
jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila
seseorang tidak sehat dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.
Demikian pula jika kesehatan rohani kurang baik dapat menganggu atau mengurangi
semangat belajar. Dengan semangat belajar yang rendah tentu akan menyebabkan
hasil belajar yang rendah pula.
2.
Intelegensi
dan bakat
Kedua aspek
kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang
yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan
hasilnya cenderung baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah, cenderung
mengalami kesulitan dalam belajar, lambat berpikir, sehingga hasil belajarnya
pun rendah. Orang yang memiliki bakat akan lebih mudah dan cepat pandai bila
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki bakat. Bila seseorang mempunyai
intelegensi tinggi dan bakat dalam bidang yang dipelajari, maka proses
belajarnya akan lancar dan sukses.
3.
Minat dan
motivasi
Minat dan motivasi
adalah dua aspek psikis yang besar pengaruhnya terhadap pencapaian hasil
belajar. Minat belajar ynag besar cenderung memperoleh hasil belajar yang
tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan memperoleh hasil belajar yang
rendah. Seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat, akan melaksanakan
semua kegiatan belajarnya dengan sungguh – sungguh,penuh gairah atau semangat.
Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi hasil belajar.
Minat dn motivasi belajar ini dapat juga dipengaruhi oleh cara guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Guru yang menyampaikan materi degan metode
dan cara yang inovatif akan mempengaruhi juga minatdan motivasi siswanya.
4.
Cara belajar
Cara belajar
seseorang juga mempengaruhi pencapaianhasil belajar. Belajar tanpa
memperhatikan teknik dan fakor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan
memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Cara belajar antar anak berbeda – beda.
Ada anak yang dapat dengan cepat menyerap materi pelajaran dengan cara visual
atau melihat langsung, audio atau dengan cara mendengarkan dari orang lain dan
ada pula anak yang memiliki cara belajar kinestetik yaitu dengan gerak
motoriknya misalnya dengan cara berjalan – jalan dan mengalami langsung
aktivitas belajarnya.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar
diri, meliputi:
1.
Keluarga
Keluarga
sangatlah besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Tinggi
rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang
perhatian dan bimbingan orang tua, kerukunan antar anggota keluarga, hubungan
antara anak dengan anggota keluarga yang lain, situasi dan kondisi rumah juga
mempengaruhi hasil belajar.
2.
Sekolah
Keadaan
sekolah tempat belajar mempengaruhi keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode
mengajar, kesesuaiankurikulum dengan kemampuan siswa, keadaan fasilitas di
sekolah,keadaan ruangan, jumlah siswa perkelas, pelaksanaan tata tertib sekol
h, dan sebagainya, semua mempengaruhi hasil belajar siswa. Metode pengajaran
guru yang inovatif dapat pula mempengaruhi hasil belajar. Metode mengajar
dengan model koopertif misalnya, dengan belajar secara kelompok dapat
merangsang siswa untuk mengadakan interaksi dengan temannya yang lain. Teknik
belajar dengan teman sebaya pun dapat mengaktifkan keterampilan proses yang
dimiliki oleh anak.
3.
Masyarakat
Keadaan
masyarakat juga menentukan hasil belajar siswa. Bila di sekitar tempat tinggal
siswa keadaan masyarakatnya terdiri dari orang – orang yang berpendidikan, akan
mendorong siswa lebih giat lagi dalam belajar. Tetapi jika di sekitar tempat
tinggal siswa banyak anak – anak yang nakal, pengangguran, tidak bersekolah
maka akan semangat belajar sehingga motivasi dan hasil belajar berkurang.
4.
Lingkungan
sekitar
Keadaan
lingkungan tempat tinggal, juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Bila rumah
berada pada daerah padat penduduk dan keadaan lalu lintas yang membisingkan,
banyak suara orang yang hiruk pikuk, suara mesin dari pabrik, polusi udara,
iklim yang terlalu panas, akan mempengaruhi gairah siswa dalam belajar. Tempat
yang sepi dan beriklim sejuk akan menunjang proses belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas metode pengajaran yang
terapkan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran termasuk ke dalam
faktor eksternal yang kemudian secara berkelanjutan akan mempengaruhi faktor
internal anak. Faktor eksternal yang dimaksudkan dalam hal ini adalah faktor
yang berasal dari sekolah yaitu metode pembelajaran. Metode pembelajaran
yanginovatif akan berpengaruh terhadap minat dan motivasi (faktor internal)
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang
inovatif dan menyenangkan untuk siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Snowball Throwing. Dengan model pembelajaran melalui tipe ini diharapkan maka
minat dan motivasi anak untuk belajar akan lebih meningkat lagi dan kemudian
akan berdampak pada hasil belajar siswa.
2. Kajian Teori
Materi Koperasi
Koperasi di
Indonesia adalah kumpulan dari orang – orang yang secara bersama – sama
bergotong royong berdasarkan persamaan, bekerja untuk memajukan kepentingan –
kepentingan ekonomi mereka dan kepentingan masyarakat. Landasan koperasi
Indonesia antara lain :
(a) Pancasila,
(b) Undang – undang Dasar 1945 pasal
33 ayat 1,
(c) setia kawan dan kesadaran
berpribadi,
(d) Undang – Undang Pokok
Perkoperasian No. 12 tahun1967[14]
sedangkan
International Cooperative Alliance (ICA)dalam buku The Cooperative Principles,
karangan P.E. Weeraman memberikan definisi: Koperasi adalah kumpulan orang-orang
atau badan hukum yang bertujuan untuk perbaikan sosial ekonomi anggotanya
melalui memenuhi kebutuhan anggotanya dengan jalan berusaha bersama saling
membantu antara satu dengan yang lainnya dengan cara membatasi keuntungan,
usaha tersebut harus didasarkan atas prinsip-prinsip koperasi.[15]
Sedangkan
menurut Bapak Koperasi Indonenesia , Dr.Mohammad Hatta memberikan definisi:
“Koperasi adalah bangun organisasi sebagai badan usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan”.
Dari ketiga
definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu koperasi adalah kegiatan
ekonomi bersama dari para anggotanya, berasaskan kekeluargaan, kerakyatan, demi
keuntungan bersama, dan tidak mengutamakan keuntungan ekonomi semata-mata,
melainkan juga memperhatikan keuntungan social.
Namun dalam pembelajaran IPS, materi
koperasi mencakup tentang:
1.
Sendi –
sendi koperasi yang di dalamnya terdapat pengertian, tujuan, prinsip dan hak
dan kewajiban anggota koperasi.
2.
Organisasi
koperasi, yang didalamnya menjelaskan tentang tugas dan hak dari pengurus,
pengawas dan rapat anggota koperasi.
3.
Lambang
koperasi.
4.
Modal dan
usaha koperasi, menjelaskan tentang modal koperasi dan usaha koperasi.
5.
Jenis –
jenis koperasi.
6.
Peran
koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Secara lebih terperinci dapat
dijelasakan sebagai berikut :
1.
Sendi –
sendi koperasi
a.
Pengertian
koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang
seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas
asas kekeluargaan.
b.
Tujuan
koperasi
Tujuan dari koperasi yaitu memajukan
kesejahteraan anggota, memajukan kesejahteraan masyarakat, dan membangun
tatanan ekonomi nasional.
c.
Prinsip
koperasi
Koperasi yang merupakan kegiatan
dalam bidang ekonomi, mempunyai pinsip sebagai berikut.
a.
Keanggotaan
bersifat sukarela dan terbuka.
b.
Pengelolaan
dilakukan secara demokratis.
c.
Pembagian
Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota.
d.
Pemberian
balas jasa yang terbatas terhadap modal.
e.
Kemandirian,
pendidikan, dan kerja sama antara koperasi.
f.
Hak dan
kewajiban anggota koperasi
a.
Hak anggota
Adapun hak seorang anggota adalah
sebagai berikut.
1.
Menghadiri,
berpendapat, dan memberikan suara dalam rapat anggota.
2.
Memilih atau
dipilih menjadi pengurus atau pengawas.
3.
Memberikan
pendapat atau saran kepada pengurus dan pengawas di luar rapat anggota.
4.
Memanfaatkan
koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antar sesame anggota. Mendapat
keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam anggaran
dasar.
b.
Kewajiban
anggota
Kewajiban seorang anggota adalah sebagai berikut.
a. Memenuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
serta keputusan yang telah disepakati.
b. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang
diselenggarakan.
c. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan atas asas
kekeluargaan.
2.
Organisasi
koperasi
a. Menjelaskan tentang hak dan wewenang dari pengurus
koperasi, pengawas koperasi dan rapat anggota.
b. Lambang koperasi
Menjelaskan tentang lambang yang terdapat pada gambar logo koperasi.
Tiap gambar mewakili suatu sikap atau perbuatan. Yang hendaknya diteladani oleh
rakyat Indonesia.
c.
Modal dan
usaha koperasi
Menjelaskan modal koperasi berasal darimana dan usaha
usaha apa saja yang dapat dilakukan untuk mengembangkan koperasi.
d.
Jenis –
jenis koperasi
a.
Berdasarkan tingkatannya
1.
Primer koperasi, yaitu koperasi yang
memiliki anggota sekurang – kurangnya 20 orang
2.
Pusat koperasi, yaitu koperasi yang
memiliki anggota sekurang – kurangnya 5 primer koperasi
3.
Gabungan koperasi, yaitu koperasi
yang memiliki anggota sekurang – kurangnya 3 pusat koperasi
4.
Induk koperasi, yaitu koperasi yang
memiliki anggota sekurang – kurangnya 3 gabungan koperasi.
b.
Berdasarkan lapangan usahanya
1.
Koperasi konsumsi, yaitu koperasi
yang tujuannya mengusahakan pemenuhan barang – barang kebutuhan yang
diperlukanpara anggotanya
2.
Koperasi produksi, yaitu sejenis
koperasi yang menghasilkan produksi untuk disalurkan baik kepada para
anggotanya maupun untuk pasar
3.
Koperasi kredit atau koperasi yang
mendorong simpan pinjam, yaitu koperasi yang mendorong para anggota suka
menyimpan uangnya dalam koperasi agar tersedia uang bagi anggota lain yang
membutuhkan kredit.
c.
Berdasarkan lingkungannya
1.
Koperasi fungsional, yaitu koperasi
yang anggotanya terdiri dari para pegawai negeri, baik sipil maupun ABRI.
2.
Koperasi unit desa (KUD), yaitu
koperasi yang meliputi unit desa yang bersangkutan
3.
Koperasi sekolah, yaitu koperasi
yang anggotanya adalah siswa- siswa[16]
Peran koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan
anggotanya Menjelaskan peran koperasi dalam mensejahterakan anggotanya, juga
dijelaskan kekurangan dan kelebihan koperasi yang ada di Indonesia. Materi
pembelajaran diatas dikembangkan dari Standar Kompetensi yang kemudian disusun
berdasarkan Kompetensi Dasar dan diperinci pada indikator – indikator.
B. Hasil
Penelitian Yang Relevan
Penelitian
ini relevan dengan :
Armeta
Septian Widowati (2010) dalam penelitiannya yang berjudul:
Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Snowball Throwing
Dengan Peta Konsep Dalam Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa (PTK Pada
Siswa Kelas VII semester II SMP Negeri 2 Trucuk, Klaten). Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing
dapat meningkatkan kreativitas siswa.[17]
C. Kerangka
Berpikir
Pembelajaran adalah suatu kegiatan agar proses belajar
seseorang atau sekelompok orang yang berkaitan dengan suatu usaha untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, di dalam
proses pembelajaran terdapat beberapa komponen penting, yakni guru, media
belajar, metode belajar, kurikulum/standar kompetensi dan lingkungan belajar,
dimana ini akan mempengaruhi cara guru dalam menyampaikan pelajaran yakni
dengan menggunakan metode yang cocok. Menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan merupakan tugas guru untuk memecahkan faktor
penghambat tercapainya hasil belajar sebagai pendidik dari faktor eksternal
siswa. Metode yang tidak guru dalam menyampaikan pembelajaran akan berpengaruh
terhadap minat dan motivasi siswa dalam belajar, apabila minat dan motivasi
rendah maka hasil belajar siswa rendah pula. Hal tersebut juga harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa MI terutama siswa kelas
IV yang termasuk dalam tahap operasional konkret, maka diperlukan sebuah model
pembelajaran yang memudahkan siswa untuk memahami pembelajaran terutama
pembelajaran IPS di sekolah.
Salah satu pembelajaran yang menyenangkan adalah menggunakan
model pembelajaran kooperatif salah satunya adalah tipe Snowball Throwing.
Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide – ide
ketika siswa melakukan diskusi dalam kelompok. Ciri khas dari model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing ini adalah melempar
kertas yang berisi pertanyaan – pertanyaan kepada kelompok lain, dan pada saat
diskusi siswa harus menyatukan pendapat – pendapat mereka untuk dapat menjawab
pertanyaan yang mereka dapatkan. Selain itu semua siswa harus menjawab
pertanyaan yang mereka dapatkan di depan teman – temannya sehingga cara ini
dapat menjamin keterlibatan total semua siswa dan sangat baik untuk dapat
bertanggung jawab terhadap tugasnya. Dengan adanya keterlibatan total semua
siswa tentunya akan berdampak positif terhadap nilai hasil belajar siswa.
Pemahaman siswapun akan meningkat karena siswa terlibat langsung dalam kegiatan
pembelajaran. Selain itu dengan model pembelajaran
kooperatif tipe ini menuntut siswa matidak mau untuk berani mengemukakan
pertanyaan yang ia dapatkan lalu berani untuk menjawabnya. Model pembelajaran kooperatif
tipe Snowball Throwing dapat mengajarkan pada siswa bagaimana belajar
dengan temannya yang lain, bagaimana siswa saling memberikan pengetahuan yang
dimilikinya terhadap temannya yang lain dalam satu kelompok kooperatif. Model
pembelajaran tipe ini juga dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa karena
model pembelajaran ini menuntut siswa untuk dapat memberi tanggapan dari
pertanyaan yang dilemparkan oleh temannya yang lain. Dengan cara demikian
diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga hasil belajar dan
kepercayaan diri siswa untuk bertanya juga akan meningkat.
D. Hipotesis
Tindakan
Dari teori –
teori yang dikemukakan di atas, maka sebelum dilakukan pengambilan data, dalam
penelitian dirumuskan terlebih dahulu hipotesis tindakan sebagai dugaan awal
peneliti yaitu : “pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat
meningkatkan hasil belajar IPS materi koperasi pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah
Al–Kanawiah Kec. Cikulur Kab. Lebak.
penelitian tindakan kelas. BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA MATERI KOPERASI MATA PELAJARAN IPS KELAS IV DI MADRASAH IBTIDAIYAH AL-KANAWIAH. KEC. CIKULUR KAB. LEBAK.”
Reviewed by Unknown
on
19.32
Rating:
Tidak ada komentar: